Minggu, 07 Februari 2010


AsKep ibu post partum

0
1. Pengertian
Post partum adalah masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Prawiroraharjo, 2000)

Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
(Rustam Mochtar, 1998)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 sampai 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Sarwono, 2002).

Persalinana spontan adalah proses membuka dan menipisnya servik dan janin kedalam jalan lahir.
(Sarwono, 2002).

2. Masa Post Partum
a. Masa post partum terbagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Immediate post partum period (24 jam pertama setelah melahirkan)
2. Early post partum period (hari ke 2 sampai ke 7 setelah melahirkan)
3. Late post partum (minggu ke 3 sampai ke 6 setelah melahirkan)

3. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah perubahan secara fisiologis yang terjadi pada ibu post partum :
a. Tanda-tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah melahirkan meningkat menjadi 380C sebagai akibat pemakaian tenaga saat melahirkan dehidrasi maupun karena terjadinya perubahan hormonal, bila diatas 380C dan selama dua hari dalam sepuluh hari pertama post partum perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih,endometriosis dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3 setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.

b. Adaptasi system kardiovaskuler
1. Tekanan darah : tekanan darah stabil, penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg terjadi pada saat ibu berubah posisi, posisi duduk (ortostik hipertensi) kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan darah rongga panggul dalam pendarahan.

2. Denyut nadi : berkisar antara 60-80 x/menit, mengigil dan berkeringat, pengeluaran cairan yang berlebihan dan sisa-sisa pembakaran melalui kulilt sering terjadi pada malam hari, dan hal ini membuat gangguan rasa nyaman.

3. Komponen darah : hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit akan kembali ke keadaan semula sebelum melahirkan.

c. Adaptasi sistem perkemihan
Selama persalinan kandung kemih mengalami trauma yang dapat mengakibatkan edema dan menghilangkan sensitivitas terhadap tekanan cairan, biasanya ibu mengalami ketidakmampuan buang air kecil dalam dua hari pertama setelah melahirkan, penimbunan cairan dalam jaringan selama kehamilan dalam 12 jam setelah melahirkan.

d. Adaptasi system endokrin
Perubahan buah dada : umumnya produksi air susu ibu dimulai pada hari kedua-tiga post partum, buah dada tampak membesar, keras dan nyeri.

e. Adaptasi organ reproduksi
1. Involusi uteri : involusi uteri terjadi setelah melahirkan dan berlangsung secara cepat setelah plasenta lahir, uterus berkontraksi dengan kuat, tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat sympisis, setelah 12 jam persalinan fundus uteri turun sampai 1 cm di bawah pusat.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi :
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat sympisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba diatas sympisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr

2. Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam nifas, pengeluaran lochia ini dibedakan tingkatannya :
lochia rubra (hari pertama sampai ketiga post partum) yaitu berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium, baunya normal (amis).
Lochia sanguinnolenta (hari ketiga sampai hari ketujuh) berisi darah dan lendir, berwarna merah kuning.
Lochia serosa (terjadi hari ke 7 s/d 14) caiaran tidak berdarah lagi,berwaarna kuning
Lochia alba (setela 2 minggu pada hari 10-15)bersi selaput lendir leococyten dan kuman penyakit telah mati,berwarna kekuningan.
Lochia purulent (terjadi infeksi,dan keluar cairan seperti nanah,dan berbau busuk)
Lochia lokhiostatis (lochea yang tidak lancer keluar)

f. Perubahan servik
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna kemerah kehitaman, konsistensinya kadang-kadang lunak terdapat perlukaan konsistensi lunak kadang-kadang terdapat perlukaan kecil setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim,setelah dua jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah tujuh hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari.
.
g. Perubahan vagina
Akibat trauma persalinan mengakibatkan adanya edema dan luka pada dinding vagina,rugae mendatar dan akan kembali pada minggu ketiga .
h. Perubahan pada perineum
Pada perineum tampak seperti ada goresan akibat regangan proses melahirkan .

i. Proses pada ligamen
Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu setelah melahirkan berangsur-angsur dan ciut dan pulih kembali.

j. After pain
Mules setelah melahirkan akibat proses kontraksi uterus sering menjadi multi para hal ini disebabkan karena cenderung relaksasi dan kontraksi secara periodic sehingga timbul rasa nyeri

k. Perubahan berat badan
Setelah melahirkan berat badan menurun 4-5 kg,tergantung berat janin post partum pada periode early berat badan menurun 2,5kg dan akhir masa nifas berat badan kembali normal.


2) Adaptasi Psikologis
Ada beberapa bagian yang terjadi dalam proses psikologis pada ibu post partum, adaptasi Psikologis menurut Reva Rubin adalah :
a. Adaptasi Ibu
1. fase taking in
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
terganggu berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak
dengan bayinya tetapi memperhatikan . Dalam fase ini yang
diperlukan adalah informasi tentang bayinya, ibu mengenang
pengalaman melahirkan yang baru dialaminya.Untuk memulihkan
perlu memperoleh tidak dan makan yang adekuat.


2. Fase talking hold : ibu berusaha mandiri dan berinisiatif , perhatian
terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya
kelancaran buang air besar, buang air kecil, melakukan berbagai
aktivitas, jalan, duduk, ingin belajar tentang perawatan dirinya sendiri
dan bayinya . Timbul rasa kurang percaya diri sehingga mudah
mengatakan tidak mampu mengatakan perawatan ’’fase ini
berlangsung kira-kira 10 hari’’.

3. Fase letting go : Ibu merasakan bahwa bayinya adalah terpisah dari
dirinya mendapat peran dan tanggung jawab baru,terjadi peningkatan
kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayinya , penyesuaian
dalam hubungan keluarga termasuk bayi.

3) Perawatan Tindak Lanjut
a. Kebersihan diri
Kebersihan seluruh tubuh sangat penting dalam perawatan masa nifas ibu
post partum.
b. Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
kembali kepada kegiatan rumah tangga bisa perlahan-lahan serta untuk
tidur siang / beristirahat selagi bayu tidur. Kurang istirahat juga
mempengaruhipengurangan jumlah asi yang diproduksi memperlambat
involusi uterus dan emperbanyak pendarahan, depresi, dan ketida
kemampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
c. Gizi
Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,dan
vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui)
d. Perawatan Payudara
Menjaga payudara tetap kering dan bersih, menggunakan BH yang
menyongkong payudara, apalagi putting susu lecet oleskan kolostrum / asi
yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali menyusui , tetapi
dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
e. Hubungan Seksual
Ketika luka perineum telah sembuh dan pengeluaran lochea terhenti, yang
akan menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya
: setelah 40 hari / 6 minggu setelah persalinan , keputusan tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
f. Keluarga Berencana
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko dan manfaat untuk
Mencegah kehamilan padahal ibu baru melahirkan.
g. Periksalah kembali pada minggu ke 6 / follow up.



2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
a. Riwayat kehamilan dan persalinan
1.Lama persalinan
2.GPA
3.Proses persalinan
Tyoepersalinan : forcep, vacuum, banyak darah yang keluar selama persalinan 400 cc, jumlah pembalut / duk yang digunakan setiap hari, pemeriksaan lab. Yaitu : haemoglobin

b. Tanda – tanda vital
1. Tekanan darah agak rendah dan normal
2. Nadi
3. Suhu meningkat
4. Pernapasan : dimonitor setiap 4 jam, bila normal (dalam 24 jam)

c. Kulit
1. Masker kehamilan
2. Striae

d. Payudara
1. Besar, bentuk bengkak / tidak, warna kulit / areo
2. Papila menonjol / tidak, lecet, luka
3. Kebersihan
4. Colostrum, meningkat pada hari ke 2-3

e. Abdomen dan fundus uteri
1. Palpasi : Ukur tinggi fundus uteri, kontraksi, posisi
diastasis recti
2. Auskultrasi : Bising usus
3. Kaji :Keluhan mules-mules (hisroyen/his pengiring)

f. Perineum / Rectum
1.Observasi : Jahitan, kaji dan keadaan luka episiotomi (REEDA)
2. Nyeri
3. Hemoroid
4. Lochea : Rubra, serosa dan alba
5. Aliran : Deras, sedang, agak banyak / sedikit

g. Ekstermitas bawah
Keluhan rasa sakit, pembengkakan, suhu panas, kaji homan’s sign dan
cemas.

h.Istirahat / rasa nyaman
1. Lamanya
2. Sukar tidur, his pengiring, nyeri episiotomi, nyeri hemoroid, cemas.

i. Kemampuan perawatan diri-bayi

j. Tingkat energi

k. Kebiasaan

l. Status psikologis / emosional
1. Respon terhadap kelahiran
2. Respon terhadap keluarga
3. Persepsi terhadap keluarga
4. Perubahan psikologis
5. Adaptasi Keluarga

m. Pengetahuan : Lakukan tindakan perawataan bayi, perawatan
payudara dan KB

b. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin/Hematokrit
b. Jumlah darah lengkap
c. Urinalisa
d. Pemeriksaan/hematokrit : mungkin dilakukan sesuai dari indikasi temuan fisik.

c. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes, Marlinn E. 2001
a. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, nyeri setelah melahirkan
b. Gangguan proses laktasi berhubungan dengan tingkat
pengetahuan ibu dan pengalaman sebelumnya
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan
d. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator (missal : hipotensi ortostatik, dan eklamsia)
e. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek
hormonal
f. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan
g. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan
dengan ketidaktepatan penggantian cairan
h. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
i. Resiko tinggi terhadap koping individual tidak efektif
berhubungan dengan ketidak efektifan system pendukung
j. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan
psikologis; nyeri / ketidaknyamanan
k. Perubahan ikatan proses keluarga berhungan dengan
transisi/peningkatan perkembangan anggota keluarga




d. Rencana Asuhan Keperawatan

i. Diagnosa Keperawatan I : Nyeri berhubungan dengan ruptur,nyeri setelah melahirkan.

Tujuannya : Nyeri hilang / minimal
Kriteria hasil : Skala nyeri hilang , vital sigh batas
normal,ekspresi wajah tampak rileks.
Intervensi :
1. Berikan kantung es pada perineum
2. Kaji rasa nyaman ( nyeri )
3. Observasi TTV
4. Ajarakan ibu dalam menggunakan tehnik relaksasi yang di pelajari
5. Intervensi ibu untuk mengerutkan bokong bersamaan bila duduk lagi saat ambulasi terasa nyeri.
6. Atur posisi tidur klien sesuai dengan derajat kenyamanan klien
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian analgesik.


ii. Diagnosa Keperawatan II : Gangguan proses laktasi berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu dan pengalaman sebelumnya.

Tujuan : ASI keluar lancar
Kriteria Hasil : ASI Keluar lancar , tidak ada bengkak
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya
2. Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien dan sikap pasangan
3. Demontrasikan dan tinjau ulang trhnik-tehnik menyusui , perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lamanya menyusui.
4. Berikan informasi , verbal dan tertulis mengenai fisiologis dan kandungan menyusui.
5. Anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
6. Anjurkan penggunaankompres es sebelum menyusui dan latihan puting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah.
7. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting susu dengan udara selama 20-30 menit setelah menyusui.
8. Intruksikan klien untuk menghindari penggunaan pelindung putting kecuali secara khusus diindikasikan.
9. Berikan pelindung puting payudara untuk klien menyusui dengan putting masuk dan datar.
10. Kolaborasi , rujuk klien pada kelompok pendukung , misalnya Posyandu.


iii. Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : tanda- tanda infeksi tidak terjadi
Inrevensi :
1. Tinjau ulang kadar hemoglobin darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan.
2. Catat tanda-tanda anemia
3. Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda-tanda tromboflebitis
4. Berikan kompres panas lokal , tingkatkan tirah baring dengan menggunakan tungkai yang sakit.
5. Berikan antikoagulan : evaluasi faktor-faktor koagulasi dan perhatikan tanda-tanda kegagalan pembekuan.


iv. Diagnosa Keperawatan IV : Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal

Tujuan : Eliminasi urin normal
Kriteria Hasil : Berkemih tidak di bantu dalam 6-8 jam setelah melahirkan , pola eliminasi urin sesuai kebiasaan klien , karakteristik urin normal.
Intervensi :
1. Kaji masukkan cairan dan keluaran urin terakhir.
2. Palpasi kandung kemih , pantau tinggi fundus dan lokasi jumlah aliran lochea.
3. Perhatikan adanya laserasi / episiotomi
4. Anjurkan minum 6-8 gelas cairan perhari
5. Kaji tanda-tanda ISK ( rasa terbakar pada saat berkemih, peningkatan frekuensi, urin kemih ).
6. Kolaborasi : katerterisasi dengan menggunakan kateter lurus
7. Kolaborasi : dapatkan specimen urin bila klien mempunyai gejala ISK
8. Kolaborasi : pantau hasil test laboratorium, seperti nitrogen urea darah dan urin 24 jam.

v. Diagnosa Keperawatan V : Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.

Tujuan : Pola eliminasi BAB normal
Kriteri Hasil : pola eliminasi BAB sesuai kebiasaan klien, karakteristik feses normal, melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasa optimal dalam 4 hari setelah kelahiran.
Intervensi :
1. Auskultasi adanya bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan abnormal atau diagnosis Resti.
2. Kaji terhadap adanya hemoroid.
3. Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan cairan dan upaya untuk membuet pola pengosongan normal.
4. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
5. Kaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan.
6. Kolaborasi : berikan laksatif, pelunak feses, supossitoria atau enema.

0 komentar:

Posting Komentar