A. Konsep Dasar
1. Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadi peningkatan porositas dari tulang. Atau dengan kata lain adalah sugresif dari masa tulang, sehingga memudahkan terjadinya patah tulang (Albright JA, 1979).
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total. (brunner & suddart, 2002)
Osteoporosis adalah penipisan tulang yang abnormal, mungkin idiopatik atau sekunder terhadap penyakit lain. (kamus saku kedokteran Dorland, 1998)
Bagian tulang yang umumnya diserang adalah (Djoko Roeshadi, 2001):
1.Pada tulang radius distal
2.Pada tulang vertebrae
3.Pada tulang kollum femur / pelvis
2. Pembagian Osteoporosis
Chehab Rukmi Hylmi (1994) membagi osteoporosis sebagai berikut :
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah suatu osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas ini merupakan kelompok terbesar.
Osteoporosis primer dibagi menjadi :
1. Type I
Osteoporosis yang timbul pada wanita post menoupouse
2. Type II
Osteoporosis yang terdapat pada kedua jenis kelamin dengan usia yang semakin bertambah (senilis)
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder adalah suatu osteoporosis yang diketahui penyebabnya jelas.
Biasanya disebabkan oleh :
1. Endcrine disease
2. Nutritional causes
3. Drugs
3. Osteoporosis Idiopatic
Yang dimaksud dengan osteoporosis jenis ini adalah terjadinya pengurangan masa tulang pada :
1. Juvenile
2. Wanita pra menoupouse
3. Laki-laki berusia muda /pertengahan
4. osteoporosis jenis ini lebih jarang terjadi.
3. Patofisiologi Osteoporosis
Sel tulang terdiri atas osteoblas, osteossit dan osteoclas yang dalam aktifitasnya mengatur homeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri melainkan saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoclas yang memerlukan waktu 40 hari disusul fase istirahat dan kemudian disusul fase pembentukan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari.
Dalam penyerapannya osteoclas melepas transforming Growth Factor yang merangsang aktivitas awal osteoblas dalam keadaan normal kwantitas dan kwalitas penyerapan tulang oleh osteoclas sama dengan kwantitas dan kwalitas pembentukan tulang baru oleh osteoclas. Pada Osteoporasis penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan baru.
4. Gejala dan Tanda Osteoporosis
Pada awalnya penyakit ini tidak menimbulkan gangguan apapun. Namun dalam kondisi yang sudah parah gambaran klinik osteoporosis adalah sebagai berikut (Djoko R, 2001)
1. Nyeri
2. Tinggi badan berkurang /memendek
5. Pemeriksaan Diagnostik
Dalam mendiagnosis osteoporosis tidak hanya berdasarkan pemeriksaan klinik serta radiologis saja. Dengan pemeriksaan penunjang yaitu BMD (Bone Mineral Density) dan DEXA (Dual Energy X-Ray Absorpsiometry) diagnosis osteoporosis menjadi lebih pasti.
5. Faktor Resiko Osteoporosis
Dikenal beberapa faktor resiko untuk terjadinya osoteoporosis. Faktor resiko ini dibagi menjadi dua (R. Prayitno Prabowo, 2001).
1. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
- Usia
- Jenis kelamin
- Ras
- Riwayat Keluarga /keturunan
- Bentuk tubuh
2. Faktor resiko yang dapat dirubah
- Merokok
- Alcohol
- Defisiensi vitamin d
- Kafein
- Gaya hidup
- Gangguan makan (anoreksia vervusa)
- Defisiensi esterogen pada menoupouse alami atau menoupouse karena operasi
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti :
· Diuretik
· Glukoortikoid
· Anti konvulsan
· Hormon tiroid berlebihan
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pembahasan mengenai faktor resiko akan dibatasi pada merokok, alcohol, menoupouse, kafein, latihan, umur, jenis kelamin, keturunan.
* Merokok
Gaya hidup modern, tang telah melegalkan wanita merokok di depan umum, semakin membuka banyaknya kasus osteoporosis Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Sehingga proses pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah (Djoko R, 2001).
* Alkohol
Dampak dari konsumsi alcohol pada osteoporosis berhubungan dengan jumlah alcohol yang dikonsumsi. Konsumsi yang berlebihan akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. (R. Prayitno, 2001).
* Menopouse
Di sini kadar esterogen menurun. Dengan menurunnya kadar esterogen resorbsi tulang menjadi lebih cepat, sehingga akan terjadi penurunan masa tulang yang banyak. Bila tidak segera diintervensi akan cepat terjadi osteoporosis (RP 2001).
* Kafein
Mengkonsumsi atau minum kopi diatas 3 cangkir per hari, menyebabkan tubuh selalu ingin kencing. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama air kencing (Djoko R, 2001).
* Latihan /aktivitas
Imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorppsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak masa tulang (Bayu Santoso, 2001).
* Umur- jenis kelamin – keturunan
Dari segi usia pada laki-laki dan wanita usia diatas 40 tahun merupakan usia terkenaa osteoporosis. Sehingga sebelum mencapai usia ini, kekuatan dan gizi tulang harus selalu diperhatikan, agar penurunan kekuatan tulang tidak begitu curam.
Dari perbedaan jenis kelamin dapat diketahui bahwa kerapuhan tulang banyak diderita oleh wanita yang menoupouse. Hal ini dikarenakan hormon esterogennya
Sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini, pada keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya enderung akan mempunyai penyakit yang sama (Djoko R, 2001).
6. Penatalaksanaan
Tata laksana disini menurut Djoko Roeshadi dianjurkan untuk prevensi maupun pengobatannya. Tujuan prevensi adalah untuk mencegah terjadinya osteoporosis dengan menghindari atau mengurangi faktor resiko osteoporosis. Prevensi ini bisa dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap penduduk, agar mereka dapat mengendalikan hal-hal yang dapat meningkatkan terjadinya ostreoporosis seperti misalnya :
1. Mencegah dan menghentikan kebiasaan seperti merokok dan minum alcohol
2. Mengatur diet yang baik / dengan benar seperti mengkonsumsi sayuran, susu tinggi kalsium dll.
3. Olah raga teratur
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identifikasi individu dengan resiko mengalami osteoporosis
2. Riwayat kesehatan keluarga
3. Fraktur sebelumnya
4. Konsumsi kalsium diet harian
5. awitan menopause
6. Penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
2. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadi ileus (obstruksi usus)
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tetntang proses osteoporosis dan program pengobatan.
3. Intervensi
Dx : Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
1. Anjurkan klien untuk istirahat di tempat tidur dengan posisi terlentang atau miring ke samping.
2. Pertahankan agar kasur tetap padat dan tidak lentur.
3. Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan
4. Beri obat analgetik sesuai indikasi
Dx : Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadi ileus (obstruksi usus)
1. Beri diet tinggi serat
2. Auskultasi bisisng usus klien
3. Pantau asupan makan klien
4. Beri obat sesuai indikasi
Dx : kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses osteoporosis dan program terapi.
1. Beri penkes tentang osteoporosis
2. Diskusikan tentang factor yang dapat mempengaruhi terjadinya osteoporosis
3. Diskusikan kepada klien tentang diet atau suplemen kalsium yang baik untuk penyakit osteoporosis
4. Diskusikan tentang program terapi obat yang diberikan.
4. Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan mempasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :
1. Persiapan : Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan tindakan.
2. Intervensi : Pelaksanaan tindakan keperawatan yang bertjuan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun sifat tindakan keperawatan yaitu independen, interindependen,dan dependen.
3. Dokumentasi : Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap dan akurat.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi keperawatan.
a. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawata dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b. Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif,
fleksibel dan efisien.
0 komentar:
Posting Komentar